Wayang Simpel "Bima"



Gaspolchanel.com - Walau mendapat kutukan dari Begawan Kimindana bahwa Prabu pandudewanata tidak dapat menghasilkan keturunan, namun berkat aji Adityaredaya, Dewi Kunthi akhirnya bisa juga memiliki anak bernama Bima atau werkudara.

Ketika lahir Seluruh badan Bima diselubungi oleh selaput tipis yang tidak dapat disobek senjata apapun. Oleh karenanya dipanggilah dia dengan nama Bima Bungkus.

Ketika lahir jebrol, waktu itu belum ada program BPJS. Bahkan rumah sakit juga belum menjamur seperti sekarang.

Oleh karena melihat kondisi jabang bayi seperti itu, Begawan Abiyasa kemudian menyuruh Pandudewanata untuk membuang Bima Bungkus anaknya ke hutan Minangsraya, yang dilukiskan sebagai Hutan Gung Liwang Liwung Jalma Mara Jalma Mati.

Sebuah tempat laku brata dan prihatin yang hebat untuk menggali kesaktian, kawruh dan anugerah.

Waktu itu Hutan Minangsraya memang masih Wingit. Nggak tau kalau sekarang. Setelah banyak orang seenaknya menebang pohon, mungkin wilayah itu sudah tidak manjur lagi untuk tempat bertapa.

Selama delapan tahun berada di alam tempaan membuat Bima Bungkus tumbuh subur dan sakti. Keberadaannya di Hastina bahkan membuat Haryo Syuman yang ingin menguasai negara itu menjadi tidak suka.

Haryo Syuman lalu menghasut para kurawa, untuk menghancurkan Bima Bungkus.
Weee Lha dalah..! walau belum sempurna, Bima Bungkus sudah mampu menunjukkan kesaktiannya yang luar biasa.

Ini dibuktikan dengan kalang kabutnya Kurawa setelah upayanya membinasakan Bima Bungkus dengan menggunakan senjata apapun tidak mempan.

Bima, tokoh sakti Mandraguna yang ketika masa mudanya dijuluki Bratasena, ternyata juga mempunyai beberapa nama lain, diantaranya Werkudara yang berarti perut serigala, Arya Brata yang berarti Tahan menderita serta Bondan Peksayandu yang bermakna kebal segala racun.

Nama Bungkus menjadi panggilan kesayangan yang biasa dilakukan Prabu Kresna kepada Bima.

Sedangkan nama Bima sendiri berarti “Mengerikan”.

Sebagai titisan Betara Bayu karena memiliki ilmu menguasai angin, Bima juga berguru pada Resi Drona untuk olah batin dan keprajuritan, serta kepada Begawan Krepa, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan menggunakan senjata gada.

Bima yang memiliki senjata dan aji aji Kuku Pancanaka, gada Rujakpala, Alugara dan Aji Bandung Bandawasa memang dikenal dengan sifatnya yang tegas, teguh iman serta berpendirian kuat.

Bahkan semboyannya Ti Ji Ti Beh atau Mati Siji Mati Kabeh seakan menegaskan watak-nya yang pemberani dan nekat.

Selama hidupnya Bima tidak pernah memakai asesoris seperti Batu Akik dengan emban monel atau titanium, Karena memang waktu itu belum ada.

Sebagai nomer dua urutan Pendawa, Bima tidak pernah berbicara halus atau memakai bahasa krama, termasuk kepada orang tua, dewa, maupun gurunya.

Karena dimata Bima, semua orang adalah sama sederajat. Maka dari itu waktu Sekolah di Astina, Bima tidak pernah mendapat nilai bagus untuk pelajaran Krama Inggil.

Hanya karena kejujuran, kepolosan, ketaatan dan keluhuran budinya, Bima bisa naik kelas.

Walau terkesan keras kepala, kepada Dewa Ruci sikap Bima amat berbeda. Ksatria yang kelak juga dikenal dengan sebutan Werkudara itu, sifat, sikap dan cara bicaranya menjadi lebih halus dan bahkan mau menyembah.

Karena Dewa Ruci dianggap sebagai dewanya yang sejati.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama