Gaspolchanel.com - Gareng adalah bagian dari punakwan yang senang bercanda, setia kepada tuannya dan gemar menolong.
Sebagai anak Semar yang pertama, Gareng memiliki beberapa nama, antara lain Nala Gareng, Pegat Waja, dan Pancal Pamor yang berarti menolak godaan duniawi.
Dengan ciri fisik mata juling, Gareng tidak mau melihat hal hal yang tidak baik. Sedangkan sikil gejik dan Tangan yang Ceko mengibaratkan Gareng selalu penuh kewaspadaan serta memiliki niat tidak mau mengambil hak orang lain.
Suatu saat dalam cerita pengembaraannya, Gareng pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang.
Kesaktiannya yang telah menaklukkan sebagian besar para raja ingin dicobakan pada kerajaan Amarta. Semua satria pandawa pun dikalahkannya.
Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong yang sedang bingung dengan kepergian Gareng diberi petunjuk oleh Prabu Kresna
“Jika ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk menghadapi Pandu Bergola.”
Semar tanggap dengan ucapan Kresna, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Dalam hati ia berkata “Lha wong semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan, apa jadinya kalau saya yang menghadapinya.”
Begitu melihat Petruk gundah, Semar pun angkat bicara
“Begini ini gambaran orang tidak teges! Lha nek ono pimpinan koyo awakmu piye? Tidak punya keyakinan dan ragu dalam bertindak. Wah bisa bisa banyak kepentingan yang memprovokasi. Akibatnya dalam mengambil Keputusan tidak pro rakyat lho Truk. Sini tak bisiki.”
Petruk sebenarnya maju mundur, gojag gajeg. Tapi setelah dibisiki Ki Semar, akhirnya menjadi giras! dan berangkatlah dia menuju Parang gumiwang.
Ketika sudah berhadap hadapan, Gareng alias Pandu Bergola selalu membelakangi dan tidak mau bertatap muka dengan Petruk.
Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai.
Perkelahian kakak beradik itu tidak dapat dihindari. Terjadilah adu jotos bak petinju professional. Pukulan Jeb, Hook maupun Upercut silih berganti dipertunjukkan hampir tak ada hentinya. Satu diantara lainnya saling ingin menjatuhkan.
Karena tidak ada wasit, pertarungan yang tadinya bergaya petinju berubah menjadi saling jambak dan memithing.
Ditengah pergumulan itulah tiba tiba Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Namun demikian Petruk belum menyadari sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya.
Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola, Petruk memeluk erat-erat Gareng dengan penuh suka cita.
Setelah selesai kangen kangenan keduanya pun berpelukan.
Prabu Kresna : Lha kamu tuh kenapa Gareng? kok berhias jadi Pandu Bergola?
Gareng : Senajan Kula niku Matanya Juling ora ana penggaweane kecuali ngabdi. Walau Tangan ceko dan kaki Gejik tetapi juga punya keinginan dong untuk mengingatkan panjenengan yang di Pendawa bahwa jangan sampe kemakmuran bisa menjadikan hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya. Bagaimana jadinya kalau meleng tiba tiba negara diserang musuh? Weh pasti negara akan hancur dan rakyat menderita to!
Mendengar jawaban sang abdi dalem, Prabu Kresna bisa menyimpulkan bahwa Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :
Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya. Budi itu terletak di hati, watak tidak tampak pada wujud fisik tetapi pada tingkah dan perilaku. Melihat fisiknya yang cacat, hatinya juga belum tentu jahat.***