Gaspolchanel.com - Bagi masyarakat awam, nama Shibori mungkin sedikit asing ditelinga. Namun hal itu tidak berlaku bagi Tutty Ferianingsih, salah seorang pengrajin dari Tutty KANA Shibori Yogyakarta.
Menurutnya, Shibori berasal dari bahasa Jepang yang mempunyai kata kerja Shiboru, yakni teknik pewarnaan kain dengan cara melipat, menjumput, menggulung atau menjelujur.
Pada dasarnya, teknik shibori ini mengandalkan ikatan dan celupan.
Ada beberapa Teknik Shibori, antara lain:
1. Itajime
Teknik dengan cara melipat kain, mengikatnya dengan tali/karet dan dicelupkan pada warna.
2. Arashi
Teknik dengan cara menggulung atau membungkus kain pada pipa, diikat dengan benang, diserut, kemudian diwarna.
3. Kumo
Teknik dengan cara menjumput atau dilipat terlebih dahulu, diikat, kemudian diwarna (mirip dengan Jumputan).
4. Kanoko
Teknik dengan cara mengikat kain tersebut dengan sebuah tali. Pattern yang akan dihasilkan tergantung pada seberapa kuat ikatan tali pada kain. Tali yang dipilih merupakan tali yang dapat mengikuti selera warna. Karena tali tersebut dapat menjadi penanda dalam proses pewarnaan selanjutnya (biasanya menggunakan alat).
Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik. Tak heran jenis kain yang satu ini acap kali disebut dengan ‘batik’ asal Jepang.
Menurut cerita, teknik shibori telah digunakan sejak zaman kekaisaran Jepang. Bahkan beberapa pewarna alami dapat bertahan ratusan tahun lamanya.
Jepang memiliki shibori dengan enam teknik pewarnaan yang dapat menghasilkan motif yang berbeda-beda.
1. kanoko shibori
Kanoko shibori adalah yang sering kita jumpai di pasaran Indonesia, di mana bagian tertentu pada kain diikat dengan benang secara acak, atau dilipat terlebih dahulu baru diikat. Penggabungan lipatan dan ikatan bisa menghasilkan motif berupa bercak lingkaran.
2. Miura Shibori
Jika ingin mencoba mewarnai kain sendiri dengan teknik shibori, maka miura shibori adalah pilihan yang tepat bagi pemula.
Anda hanya membutuhkan beberapa utas benang untuk mengikat bagian kain yang diinginkan, tanpa perlu menyeragamkan bentuk dan kekuatan ikatannya.
3. Arashi Shibori
Arashi dalam bahasa Jepang berarti badai. Jadi motif yang dihasilkan dari teknik arashi Shibori ini akan menyerupai badai.
Cara membuatnya adalah dengan melilitkan kain pada sebatang pipa secara diagonal. Lilitannya jangan terlalu erat sehingga menghasilkan efek ‘badai’ yang indah.
4. Itajime Shibori
Jika teknik arashi menggunakan bantuan pipa, itajime menggunakan dua bilah kayu. Jadi, kain dijepit di antara dua potong kayu lalu diikat dengan tali atau benang.
Motif yang dihasilkan akan bercorak kotak-kotak.
5. Kumo Shibori
Teknik pewarnaan kumo shibori ini memerlukan ketelitian yang agak tinggi. Bagian tertentu dari kain dilipat sedemikian rupa kemudian diikat dengan benang.
Motif yang dihasilkan nantinya menyerupai jaring laba-laba. Nah, kain hasil kumo shibori ini biasanya dijual dengan harga yang cukup tinggi.
6. Nui Shibori
Berbeda dengan teknik lainnya, nui shibori menggunakan pola jahitan tertentu yang dilakukan seirama pada beberapa bagian kain. Motif yang didapat nantinya akan sesuai dengan pola jahitan yang dibuat.
Motifnya yang unik dan bernuansa ethnic membuat shibori kian digandrungi saat ini.
Di Indonesia kain dengan teknik shibori biasanya menggunakan kain katun berwarna putih karena sifatnya yang dapat menyerap air. Namun sejatinya kain yang bagus dan biasa dipakai untuk teknik shibori adalah kain kapas yang bernama kain nikisima.
Biasanya ragam kain shibori yang diolah menjadi baju siap pakai sering kali terdiri dari bahan yang lembut dan nyaman. Karena itu, shibori sering dijadikan pilihan sebagai baju santai hingga pakaian tidur.
Menurutnya, Shibori berasal dari bahasa Jepang yang mempunyai kata kerja Shiboru, yakni teknik pewarnaan kain dengan cara melipat, menjumput, menggulung atau menjelujur.
Pada dasarnya, teknik shibori ini mengandalkan ikatan dan celupan.
Ada beberapa Teknik Shibori, antara lain:
1. Itajime
Teknik dengan cara melipat kain, mengikatnya dengan tali/karet dan dicelupkan pada warna.
2. Arashi
Teknik dengan cara menggulung atau membungkus kain pada pipa, diikat dengan benang, diserut, kemudian diwarna.
3. Kumo
Teknik dengan cara menjumput atau dilipat terlebih dahulu, diikat, kemudian diwarna (mirip dengan Jumputan).
4. Kanoko
Teknik dengan cara mengikat kain tersebut dengan sebuah tali. Pattern yang akan dihasilkan tergantung pada seberapa kuat ikatan tali pada kain. Tali yang dipilih merupakan tali yang dapat mengikuti selera warna. Karena tali tersebut dapat menjadi penanda dalam proses pewarnaan selanjutnya (biasanya menggunakan alat).
Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik. Tak heran jenis kain yang satu ini acap kali disebut dengan ‘batik’ asal Jepang.
Menurut cerita, teknik shibori telah digunakan sejak zaman kekaisaran Jepang. Bahkan beberapa pewarna alami dapat bertahan ratusan tahun lamanya.
Jepang memiliki shibori dengan enam teknik pewarnaan yang dapat menghasilkan motif yang berbeda-beda.
1. kanoko shibori
Kanoko shibori adalah yang sering kita jumpai di pasaran Indonesia, di mana bagian tertentu pada kain diikat dengan benang secara acak, atau dilipat terlebih dahulu baru diikat. Penggabungan lipatan dan ikatan bisa menghasilkan motif berupa bercak lingkaran.
2. Miura Shibori
Jika ingin mencoba mewarnai kain sendiri dengan teknik shibori, maka miura shibori adalah pilihan yang tepat bagi pemula.
Anda hanya membutuhkan beberapa utas benang untuk mengikat bagian kain yang diinginkan, tanpa perlu menyeragamkan bentuk dan kekuatan ikatannya.
3. Arashi Shibori
Arashi dalam bahasa Jepang berarti badai. Jadi motif yang dihasilkan dari teknik arashi Shibori ini akan menyerupai badai.
Cara membuatnya adalah dengan melilitkan kain pada sebatang pipa secara diagonal. Lilitannya jangan terlalu erat sehingga menghasilkan efek ‘badai’ yang indah.
4. Itajime Shibori
Jika teknik arashi menggunakan bantuan pipa, itajime menggunakan dua bilah kayu. Jadi, kain dijepit di antara dua potong kayu lalu diikat dengan tali atau benang.
Motif yang dihasilkan akan bercorak kotak-kotak.
5. Kumo Shibori
Teknik pewarnaan kumo shibori ini memerlukan ketelitian yang agak tinggi. Bagian tertentu dari kain dilipat sedemikian rupa kemudian diikat dengan benang.
Motif yang dihasilkan nantinya menyerupai jaring laba-laba. Nah, kain hasil kumo shibori ini biasanya dijual dengan harga yang cukup tinggi.
6. Nui Shibori
Berbeda dengan teknik lainnya, nui shibori menggunakan pola jahitan tertentu yang dilakukan seirama pada beberapa bagian kain. Motif yang didapat nantinya akan sesuai dengan pola jahitan yang dibuat.
Motifnya yang unik dan bernuansa ethnic membuat shibori kian digandrungi saat ini.
Di Indonesia kain dengan teknik shibori biasanya menggunakan kain katun berwarna putih karena sifatnya yang dapat menyerap air. Namun sejatinya kain yang bagus dan biasa dipakai untuk teknik shibori adalah kain kapas yang bernama kain nikisima.
Biasanya ragam kain shibori yang diolah menjadi baju siap pakai sering kali terdiri dari bahan yang lembut dan nyaman. Karena itu, shibori sering dijadikan pilihan sebagai baju santai hingga pakaian tidur.
Tutty Ferianingsih dari Tutty Kana Shibori (tengah berhijab warna krem)
Namun, banyak pula yang menyulap kain shibori menjadi busana untuk acara casual, resmi dan pesta.
Sementara itu, Sebagai salah satu UKM di Yogyakarta sejak bulan Juni 2017, Tutty KANA Shibori yang bergerak dibidang produksi kain Shibori, ecoprint dan batik juga memperluas usahanya dengan memberikan pelatihan keteramplan pada instansi, sekolah-sekolah, maupun kelas privat di wilayah tersebut.
Apakah anda berminat?***
Sementara itu, Sebagai salah satu UKM di Yogyakarta sejak bulan Juni 2017, Tutty KANA Shibori yang bergerak dibidang produksi kain Shibori, ecoprint dan batik juga memperluas usahanya dengan memberikan pelatihan keteramplan pada instansi, sekolah-sekolah, maupun kelas privat di wilayah tersebut.
Apakah anda berminat?***