Wayang Simpel Antasena

Gaspolchanel.com - Antasena adalah putra Bima dengan Dewi Urangayu, putri Reso Mintuna. 

Suatu saat, pas lagi gowes, Dewi Urangayu mendapati suasana rame di sebuah sungai dipinggir jalan wilayah Sokalima.  

Menurut cerita warga setempat, ada orang mabuk yang dibuang di sungai. Setelah mendapat info, Dewi Urangayu melanjutkan gowes nya pulang.

Sesampainya dirumah, ayahndanya sedang merawat seorang laki laki perkasa dengan kondisi perut kembung. Belakangan diketahui, laki laki itu adalah Bima. 

Menurut cerita, ketika itu Bima pingsan karena terlalu banyak minum pada acara pesta yang diadakan Dursasana.

Setelah diikat, tubuhnya diceburkan ke dalam sungai Jamuna. Werkudara atau Bima yang hanyut hingga ke Kisik Narmada, ditolong oleh Resi Mintuna dan disembuhkan dengan air Rasakunda. 

Setelah sembuh, Bima lalu di jodohkan dengan Dewi Urangayu. Belum genap setahun berumah tangga, lahirlah anak laki laki yang diberi nama Antasena. 

Sebagai putra bungsu, Antasena  memiliki kelebihan dapat hidup di darat dan di dalam air  tanpa kembung wetenge. 

Nek kangmase sing jeneng Antareja bisa ambles ke tanah dan Gatotkaca bisa terbang, Antasena mampu melakukan semuanya.  

Kesaktian Antasena setara dengan Wisanggeni. Seluruh badannya berkulit sisik udang kandel banget. mulane kebal senjata.  

Bahkan para dewa pun tidak sanggup menandinginya, terlebih bila senjata berupa sungut sakti golek mangsa,  makhluk apapun yang tersentuh dan terkena upas nya akan menemui kematian.

One day, suatu hari, kahyangan Suralaya digempur pasukan Girika Dasar di bawah pimpinan Kala Lodra.

“Ha ha .. Suralaya ndak ada apa apa-nya, semua sudah tak kosek .. ha ha ..  lha ini kok ada bocil bau kencurrr  arep ngalangi aku .. Hu ha - … hu-ha ..Wee ..oit .. u-a .. u-a …. Yeaaaaa ..yaa," kata Kala Lodra yang tengah demo memamerkan kecanggihan ilmunya didepan seorang anak. 

Namun, tiba tiba mak wush klenyeng klenyeng  nggliyeng mak bug ! Kala lodra  semaput, pingsan.  

Ketika gregah gregah mau bangun lagi Kala Lodra kena Hok dan overcut, hingga akhirnya raksasa berwajah ikan itu knock out ditangan Antasena yang saat itu masih bocah. 
 
Pada peristiwa lain, ketika Resi Bisma menyelenggarakan perlombaan membuat sungai menuju bengawan Gangga, Kurawa dan Pandawa saling berlomba. 

Werkudara yang dibantu pasukan dari Kisik Narmada yang dipimpin oleh Antasena berhasil membuat sungai yang kemudian oleh Bisma diberi nama Sungai Serayu.

Karena Kurawa hanya mampu membuat sungai yang tembus ke kali Serayu, maka sungai itu dinamakan terbalik atau Kelawing atau Kali Cingcinggolin. 

Sakit hati karena kalah, Kurawa kemudian bersekutu dengan Prabu Gangga Trimuka, yaitu Ratu dari kerajaan Girisamodra untuk  membinasakan Pandawa. 

Dengan cukup mudah, Prabu Gangga Trimuka berhasil menangkap Pandawa dan memenjarakannya ke dalam gedung kaca bernama Kongedah.

Mengetahui Pandawa dipenjara, Antasena langsung melabrak raja Girisamodra. Tanpa ba .. bi .. bu .. tiba tiba, Mak cus cus Sungut Antasena mengenai Prabu Gangga Trimuka hingaa langsung binasa. 

Antasena kemudian menghidupkan kembali Pandawadengan air kehidupan Madu Sena. 

Antasena pancen ampuh seperti Antareja kakaknya. Lha piye? kulit bersisik untuk menangkal senjata tajam dia punya. Sungut saktinya sangat ampuh, bahkan Antasena juga dapat membenamkan diri ke dalam tanah dan tak akan mati jika tubuhnya masih menyinggung air ataupun tanah. 

Antasena adalah contoh ksatria berwatak jujur, terus terang serta bersahaja. Menawa jaman saiki pengin dadi Pemimpin, wis mesti kepilih, merga piyayine duwe sifat berani kerena membela kebenaran, tidak pernah berdusta dan digolongkan sebagai tokoh berdarah putih bersama Begawan Bagaspati, Puntadewa, dan Resi Subali. 

Dibalik kesaktiannya, akhir riwayat Antasena bukan karena perang. Ia mati karena disuruh mati. 

Atas permintaan Sang Hyang Wenang, Antasena diminta tidak terjun ke medan tempur. Karena apabila Antasena ikut perang, Pandawa justru akan mengalami kekalahan.

Mendengar permintaan itu, Antasena pun memutuskan untuk tidak kembali ke dunia. Dirinya rela mati moksa menyusut sedikit-demi sedikit dan akhirnya musnah sama sekali di kahyangan.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama