Wayang Simpel Dursasana

 

Gaspolchanel.com - Dursasana  adalah tokoh antagonis adik Duryudono pemimpin kurawa yang juga Putra Raja Destarastra dengan Dewi Gendari.

Dursasana lahir dari kandungan Gendari dalam keadaan tidak wajar. Saat itu, ketika Dewi Kunti istri Pandu melahirkan Yudistira, Gandari  sangat iri dan  memukul-mukul kandungannya sehingga lahir segumpal daging yang membelah diri menjadi banyak. 

Berkat bantuan Resi Wiyasa lahirlah dari daging tersebut diantaranya Duryudana, kemudian Dursasana dan nama  nama lain  yang nantinya dikenal dengan sebutan Kurawa.  

Dikisahkan, setelah kematian Lesmana Mandrakumara anak Prabu Duryudana, diangkatlah Dursasana sebagai putra mahkota yang baru. 

Ketika perang dengan Pandawa, Duryudana melarang Dursasana ikut dan menyuruhnya pulang ke Hastina dengan alasan menjaga Dewi Banowati, istri Duryudana. 

Banowati merasa risih atas kedatangan Dursasana. Entah karena ngobrol tentang apa, tiba tiba Dursasana nyeletuk.

"Mbakyu kok ya tega selingkuh sama Arjuna ? Kalo begicu, berarti mbakyu itu ya mata mata nya Pandawa. Buktinya, mbakyu lebih menyesali kematian Abimanyu putra Arjuna daripada kematian Lesmana, anaknya sendiri. Iya apa iya ?," ucap Dursasana ke Banowati. 

Banowati yang tak terima oleh ucapan Dursasana langsung membalas dengan menyindirnya. 

“Daripada kamu? Orang kok takut mati, mbok jangan jadi pengecut. Sana ikut perang mbantu kakang Duryudana," kata Banowati. 

Karena terus-menerus dihina sebagai pengecut, Dursasana kembali ke medan perang menyusul kakaknya dan bertempur melawan Bima. Dalam perkelahian itu Dursasana kalah dan melarikan diri bersembunyi di dalam sungai Cing-cing Gumuling. 

Melihat  lawannya masuk sungai, Bima hendak turut mencebur namun dicegah Kresna, karena sungai itu telah diberi mantra oleh Resi Durna. Jika Pandawa mencebur ke dalamnya pasti akan bernasib sial. 

Sesaat kemudian Dursasana kembali ke daratan dan Bima mengejarnya lagi. Namun Dursasana kembali mencebur ke dalam sungai. Hal ini berlangsung selama berkali-kali sampai akhirnya muncul arwah Tarka dan Sarka, dua  orang tukang perahu yang dulu dibunuh Dursasana sebagai tumbal kemenangan Kurawa. 

Ketika Dursasana kembali ke daratan untuk mengejek nama Pandu sekali lagi, Tarka dan Sarka mulai beraksi. 

Ketika dikejar Bima dan Dursasana hendak mencebur lagi kekali Cing-cing Gumuling  .. eit ..eit … cekakar cekakar .. gloyor gloyor Dursasana krungkeb. Tarka dan Sarka  menjegal kaki dursasana sehingga Kurawa nomor dua itu gagal mencapai sungai.

Dengan demikian, Bima pun segera menjambak rambut Dursasana dan menyeretnya menjauh dari sungai. 

Melihat adiknya tersiksa Duryudana muncul dan memohon kepada Bima. 

“Aku mintaken pengampunan untuk Dursasana. Diriku menjanjiken, perang akan berakhir hari ini juga. Sebagai hadiah, aku juga rela menganggap Pandawa sebagai pemenang dan aku  juga merelaken Kerajaan Hastina serta Indraprastha tak kasihken ke kamu, asalken adiku Dursasana dibebasken," kata Duryudana. 

Bima mulai bimbang Namun Kresna mendesaknya supaya Dursasana jangan diampuni. Sejenak terlintas dibenak Bima  gambaran ketika Dursasana sebagai ketua para Kurawa menyiksa Arjuna. 

Kala itu Kurawa merasa dapat mengenyahkan kerabat Pandawa dari muka bumi dengan  membumi hanguskan rumah tempat perayaan para Pandawa. Kenangan pahit atas peristiwa itu membuat emosi Bima bangkit Kembali. 

Kemarahan Bima memuncak, dan akhirnya menendang Duryudana hingga terpental jauh. Kemudian ia memutus kedua lengan Dursasana secara paksa serta merobek-robek tubuh Dursasana yang pernah Ngetop sebagai kesatria Banjar Jungut.  

Bima kemudian  menghancurkan mayat Dursasana dengan pusaka Gada Rujakpala hingga Dursasana mati di medan perang dalam keadaan sangat menyedihkan. 

Darah yang menyembur ditampung Bima untuk memenuhi sumpah Dewi Drupadi, yang akan dibuat kramas dan mencuci rambutnya.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama