Gaspolchanel.com - Makna Simbolis dari Kumbokarno adalah ksatria yang sangat cinta tanah air dan bangsanya.
Walau terhitung masih adik kandung Dasamuka atau Rahwana, Kumbokarno selalu berdiri diatas segala kepentingan.
Kepribadian kumbokarno yang cinta tanah air dan bangsa hanya secuil kisah tentang raksasa yang mau berjuang sampai tetes darah penghabisan. Perjuangan itu bukan demi Raja tetapi demi tanah air.
Suatu ketika di Alengkadiraja terjadi ontran-ontran, geger besar. Negeri tersebut sedang menjadi sasaran amuk bala pasukan kera yang dipimpin oleh komendan Hanoman, karena Rahwana menculik Dewi Shinta.
“Sudahlah kangmas kembalikan saja dewi Shinta," demikian saran Gunawan Wibisana kepada sang kakak.
Alih-alih mendengar saran adiknya, Rahwana malah ngamuk dan mengusir Wibisana.
"Minggat Wibisana. Kamu sudah kehilangan nasionalisme," bentak Rahwana dengan mata melotot.
Ketika akhirnya pasukan kera putih benar-benar mengobrak-abrik Alengka, Rahwana panik. Dalam kepanikannya itu Ia ingat adiknya yang lain, yaitu Kumbokarno.
Saat itu Kumbokarno yang terkenal doyan makan Sedang Bertapa tidur. Namun karena kegentingan yang mendesak, Rahwana berusaha membangunkannya dengan iming iming “makan besar”.
Begitu mendengar tawaran makan, Kumbokarno bergegas bangun dan tanpa gosok gigi langsung melahap semua makanan yang ada, seperti : nasi langgi, gudangan plus ingkung, jangan lodeh kluweh.
Selain itu tak lupa jajan pasare, gendar pecel, ketan kinco dan gedang raja, semua ludes.
Namanya juga taktik alias akal bulus Rahwana, dan tentu saja tidak menggratiskan jamuan terhadap adiknya itu.
Usai makan telap telep dan glegeken, Kumbokarno diminta mendukung rencananya untuk melawan pasukan kera putih.
Kumbokarno pun kaget dan baru menyadari, rupanya makanan yang baru saja disantap, tak lebih hanyalah perangkap alias suap.
Kumbokarno marah besar atas sikap dan perilaku kakaknya yang semaunya sendiri dan sering melanggar hukum.
Namun demikian Kumbokarno tetap gelisah. Hatinya merasa teriris-iris, ketika mendengar bahwa rakyat Alengka yang tak berdosa ikut binasa menjadi korban keganasan pasukan kera.
Kesadaran Kumbokarno sebagai warga negeri yang dilanda kecamuk bencana pun bangkit dan berteriak menggetarkan jagad.
“Haaa, amuk, suromroto, joyomroto. Saya akan berperang ke medan laga, bukan untuk membela Rahwana kakak saya yang angkara murka, tapi demi membela rakyat dan tanah air Alengka," ucapnya.
Dalam kancah perang, Pasukan Rama dibuat porak poranda oleh Kumbokarno. Namun apesss, senjata pamungkas Rama yang berupa panah berhasil menghujani Kumbokarno bertubi tubi. Kendati begitu, Kumbokarno si raksasa sakti itu terus maju.
Semangat Kumbokarno dalam peperangan tersebut tidak pernah pupus sedikitpun, sampai akhirnya badan besarnya limbung karena Tubuhnya penuh luka.
Kumbokarno, sang pejuang raksasa yang tulus, tanpa pamrih, akhirnya gugur di medan laga dengan senyum tersungging dibibirnya.***