Gaspolchanel.com - Selat Muria telah lama hilang. Namun
anehnya, Selat tersebut kembali muncul setelah terjadi banjir di jawa Tengah,
tepatnya di wilayah Demak, Pati dan Kudus.
Banjir yang terjadi pada tahun ini, mengembalikan Selat
Muria yang sudah lama menghilang. Kabar ini, tentunya membuat geger warga
Indonesia.
Dahulu, Selat Muria memisahkan Pulau Jawa dengan Gunung
Muria. Kemudian, Selat tersebut menjadi daratan sekitar 300 tahun lalu.
Menurut Eko Soebowo selaku Pakar Geologi Badan Riste dan
Inovasi Nasional (BRIN), penurunan tanah di wilayah tersebut menjadi hal yang
memungkinkan Selat Muria bisa kembali muncul.
Menurutnya, penyebabnya justru bukan banjir yang sebelumnya
pernah terjadi.
"Materialnya itu kalau ada beban akan mudah mengalami
penurunan. Masih rentan. Kota-kota seperti Semarang dan wilayah pantura itu
mengalami subsidence karena material bawah tanahnya belum mengalami kompaksi
sempurna," ungkap Eko, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat, 27 Desember
2024.
Eko menambahkan penurunan permukaan tanah di wilayah
Semarang, Demak, dan sekitarnya bervariasi dengan intensitas tertinggi mencapai
10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di wilayah Semarang timur.
Perbedaan ini tergantung dengan tipikal tanah di daerah
masing-masing dan faktor pendukung penurunan tanah yang ada di wilayah
tersebut.
Faktor penurunan muka tanah terbagi menjadi dua, yakni
faktor alami dan faktor antropogenik atau dampak aktivitas manusia.
Faktor alami mencakup karakteristik tanah sedimen muda yang
membuatnya pasti mengalami penurunan muka tanah. Faktor ini biasanya membuat
penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun.
Selain itu, faktor alamiah kedua adalah aktivitas tektonik.
Faktor ini tidak memiliki dampak yang terlalu besar, karena hanya menyebabkan
penurunan sekitar beberapa milimeter.
Sementara itu, faktor antropogenik atau ulah manusia
menjadi kontributor terbesar. Beban infrastruktur tanah lunak bisa menyebabkan
penurunan 1 sentimeter per tahun.
Lalu, eksploitasi air tanah merupakan faktor dominan yang
bisa menyebabkan penurunan hingga 7-8 sentimeter per tahun.
Selain penurunan permukaan tanah, Eko menyebut kenaikan
permukaan air laut akibat perubahan iklim juga bisa menyebabkan Selat Muria
berpotensi muncul kembali.
Eko mengatakan banjir bukan faktor penyebab kembalinya
Selat Muria. Ia mengatakan banjir malah akan membuat daratan menjadi lebih
tinggi.
"Kalau soal banjir, justru malah banjir itu mengisi
sedimentasi di daerah selat tersebut. Dari Muria, dari selatan Demak, selatan
Semarang, semua sungai-sungainya kan bermuara di daerah pantura," imbuh
Eko.
"Itu kan membawa material, membuat pendangkalan.
Tetapi banjir bukan menyebabkan terjadi selat lagi," pungkasnya.
Selain itu, banjir akan membawa sedimen ke wilayah terdampak dan hasilnya meningkatkan ketinggian daratan tersebut (dn).***