Wayang Simpel Cakil

Gaspolchanel.com - Dalam sebuah pertunjukan wayang, ada tokoh yang bernama Cakil atau Gendir Penjalin atau Dityakala Marica. 

Dengan rahang bawah melebihi panjang rahang atas, Cakil menjadi tokoh raksasa buruk rupa namun tenar karena selalu berhadapan dengan Arjuna ataupun tokoh satria yang baru turun gunung dalam adegan Perang Kembang.

Perang kembang dalam pewayangan merupakan simbol pergulatan dan perjuangan manusia melawan nafsu jahat dalam dirinya sendiri. 

Perang kembang yang terpapar dalam tradisi pewayangan, menggambarkan perselisihan yang berlangsung dalam ruang yang tertata. 

Uu Aa .. Uu Aa … Cakil memang dipersonifikasi bukan hanya jelek wajahnya, tetapi juga perilakunya .. Ua ua .. aauu. Sebagai penjaga hutan katanya dikenal sebagai tokoh alu amah, katanya serakah dan katanya lagi suka merampas harta orang. Lha mbok jangan katanya katanya, wong perangai seperti itu tidak pernah muncul.  

Cakil itu hanya digambarkan mencoba meminta keluar para ksatria yang masuk hutan, yang tak jelas tujuannya, itu thok !  Lah kok malah katanya ini itu. 

Tokoh Cakil seperti membuka wacana bahwa, Cakil sesungguhnya adalah profil rakyat yang selalu muncul dalam lakon wayang apa saja. 

Hanya saja, dalam perjalanan sejarah kehadirannya, rakyat banyak yang hanya menjadi obyek.   

Rakyat hanya menjadi sumber kekuatan untuk sebuah pencapaian yang tidak selalu bersama menikmati kesejahteraan. 

Karenanya, rakyat tetap miskin dan salah-salah nasibnya seperti Cakil, mati dengan senjatanya sendiri. Mati dengan senjata sendiri itu artinya tak ada yang bertanggung jawab. 

Nasib rakyat, hak-hak rakyat sepertinya selalu berada dalam kotak misteri. Bahkan, sampai pada kematian pun kehidupan rakyat masih saja menyimpan misteri. 

Sebagai penjaga hutan, Cakil hanya memiliki hak untuk mengingatkan dan memohon para ksatria untuk keluar dari dalam hutan, selebihnya tidak ada. 

Ketika para ksatria membabati belantara, menghabiskan hasil hutan, Cakil tak berdaya. Kehidupan Cakil adalah kehidupan masyarakat pinggiran hutan yang tak pernah sejahtera dari hasil hutan. 

Cakil adalah Gendring Caluring, Klanthangmimis dan Kalapraceka, tokoh raksasa, tetapi beda dengan raksasa lainnya. 

Bila  raksasa lain hanya satu tangannya yang bisa digerakkan, tangan Cakil bisa digerakkan kedua-duanya. Hal ini diartikan sebagai penggambaran "sengkalan memet" yaitu, “tangan yaksa satataning janma” yang kurang lebih berarti “ tangan raksasa layaknya tangan manusia”.  

Kata-kata tersebut mengandung watak bilangan sebagai berikut, tangan : 2, yaksa : 5, satataning : 5, jalma  : 1. 
Jika dibaca terbalik maka akan menghasilkan angka Tahun Jawa 1552, atau 1630 Masehi yang merupakan tahun diciptakannya tokoh Cakil.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama