Gaspolchanel.com - Hanya satu yang dirasakan, gundah gulana, suasana hati redup, suasana sangat suram. Dunia terasa gelap, dan matahari seperti tertutup kabut.
Hal itu semua ada dalam pandangan dan perasaan Prabu Sutija atau Sitija dari kerajaan Trajutisna, yang dilanda kesedihan karena Dewi Hagnyanawati atau dewi Mustikawati, istri tercintanya lagi ber ha ha hi hi mabok cinta kepayang dengan adiknya sendiri, yakni raden Samba Wisnubrata.
Prabu Sutija berencana ingin menikahkan istrinya sendiri dengan adiknya dan didudukkan di kerajaan Trajutisna.
Hal itu ia lakukan karena ingin menghindari cibiran orang lain, apalagi Samba adalah adik kandungnya sendiri.
Dalam keheningan itu, Supala,sang patih, angkat bicara :
“Sebentar kanjeng prabu, bukankah perbuatan adik sinuhun itu sama dengan berani menginjak injak kepala sang prabu sendiri?," tanya sang patih.
Namun jawaban Prabu Sutija diluar dugaan :
“tidak apa apa patih, karena raden samba itu adik saya yang paling saya sayangi. Maka sekarang juga berangkatlah kamu Maudara dan Ancak Ogra untuk menghadap prabu Kresna agar mau mengijinkan membawa samba dan Mustakawati untuk saya nikahkan di trajutisna," kata Prabu Sutija.
Lalu berangkatlah kedua utusan Prabu Sitija. Sesampainya mereka di Dwarawati dan menyampaikan maksud serta kedatangannya, tanpa banyak pertimbangan raden Samba diperbolehkan dibawa ke Trajutresna.
Dalam perjalanan ditengah hutan, Maudra dan Ancak Ogra ternyata melakukan tindakan yang tidak sesuai order. Mereka berdua bertindak diluar naskah. Raden Samba digebukin hingga babak belur.
Melihat itu, Arjuna yang kebetulan lewat langsung menghajar Maudra sampai tewas dan balik ke asalnya sebagai Burung dara, sedangkan Ancak Ogra hanya diberi surat tantangan untuk disampaikan prabu Sutija.
Perang pun tidak terelakkan. Baladewa, setyaki, gatotkaca berperang melawan wadya bala dari Trajutisna, sementara Prabu Sutija justru mencari Raden Samba yang dianggap sebagai biang kerok dengan menaiki burung Garuda Wilmuna.
Setelah ketemu, Prabu Sutija langsung marah ke adiknya.
“woo jebule masih hyang hyangan di Madukara kamu Samba," teriak Prabu Sutija.
Mendengar suara kakaknya, Raden Samba langsung sungkem mohon ampun atas kekeliruannya.
Tetapi karena mangkelnya sudah sampai di uyeng uyeng, Prabu Sutija dari atas garuda melemparkan senjata limpung ke arah raden samba.
Dendam tidak memandang siapa yang dihadapi. Entah itu lawan, kawan bahkan saudara sendiri dimusuhi alias ya di habisin, di hancurkan nya tubuh Raden Samba tanpa belas kasihan.
Melihat keadaan itu, Dewi Hagnyanawati atau Dewi Mustikawati langsung menghunus senjata dan menusukan ke tubuhnya sendiri ikut belapati.
Setelah membunuh raden Samba, terjadi perang dahsyat antara arjuna dan Prabu Sutija. Karena memiliki Ajian Pancasona, Prabu Sutija yang sudah mati beberapa kali dapat hidup Kembali.
Prabu Sutija sudah mati 7 kali, hidup tujuh kali pula. Karena merasa kuwalahan menghadapi Prabu Sutija, akhirnya arjuna memilih keluar dari perang dan bertapa, yang nantinya dikenal dengan nama begawan Cipto Wening.
Sementara itu, Bathara Kresna yang telah mendapat bocoran kelemahan Sitija dari ibunya sendiri yaitu dewi Pratiwi, langsung menghujani senjata Cakra bertubi-tubi.
Karena tidak dapat bertahan, Prabu Sutija akhirnya mati diatas burung Wilmuna.
Melihat hal itu, Gatotkaca langsung terbang membawa tubuh Sutija ke alas Pramonoti dan diletakkan di anjang anjang besi. Sehingga matilah Prabu Sutija karena tidak menyentuh tanah. Dan perang tersebut, kelak dikenal dengan sebutan “PERANG GOJALI SUTA”.***