Gaspolchanel.com - Puluhan kotak tempat budidaya lebah terlihat berjajar di halaman dan samping rumah warga Desa Sampok, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati.
Desa yang terletak di lereng Pegunungan Muria ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil madu di Indonesia.
Kepala Desa Sampok, Warsito mengungkapkan, bahwa sekitar 100 warga masih aktif menekuni usaha budidaya lebah.
Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan masa sebelum pandemi Covid-19.
"Sekarang memang jumlahnya agak berkurang karena adanya peristiwa Covid. Tapi yang masih bertahan juga banyak, kalau sekarang ya lebih dari 100," katanya, Minggu 5 Januari 2025.
Warsito menambahkan, bahwa rata-rata setiap peternak memiliki minimal 200 kotak budidaya lebah. Dari jumlah tersebut, produksi madu per tahun bisa mencapai 12 ton.
Madu yang dihasilkan oleh warga sebagian besar diproduksi dan dikemas secara mandiri melalui usaha rumahan.
Selain itu, madu juga dipasarkan ke pabrik-pabrik di berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Jakarta, dan Tangerang.
"Harga madu fluktuatif, tergantung jenisnya dan kesepakatan dari Asosiasi Perlebahan Indonesia. Saat ini, harga madu akasia sekitar Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram, sedangkan madu randu dan rambutan berkisar antara Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram," jelasnya.
Warsito membeberkan, bahwa saat ini, khususnya di Pulau Jawa, budidaya lebah tengah menghadapi musim paceklik, di mana produksi madu menurun karena minimnya tanaman sumber nektar.
Namun, kondisi berbeda terjadi di luar Jawa, seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang masih memiliki tanaman produktif.
"Karena itu, banyak peternak lebah dari Desa Sampok yang memindahkan kotak-kotak lebah mereka ke luar Jawa untuk memanfaatkan musim panen di sana," ujarnya.
Selain produksi madu, Desa Sampok juga memasok lebah ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Pekanbaru dan Jambi. Harga satu kotak lebah saat ini berada di kisaran Rp 800 ribu, dengan kapasitas 8 frame per kotak.
Dengan potensi besar ini, Desa Sampok terus mempertahankan tradisi budidaya lebah sebagai salah satu penggerak ekonomi lokal, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan(ek).***