Kenapa Banyak Sekali Berita Buruk di Media Saat Ini?


Gaspolchanel.com - Saat ini, berita buruk seperti konflik, bencana, kejahatan, dan skandal sering mendominasi media. Banyak orang merasa lelah dengan arus informasi negatif yang terus-menerus, hingga muncul pertanyaan: mengapa media cenderung menyajikan berita buruk? Apakah dunia memang semakin buruk, atau ada alasan lain di balik tren ini?

1. Sifat Alami Manusia: Ketertarikan pada Hal Negatif

Penelitian menunjukkan bahwa manusia cenderung lebih tertarik pada berita buruk daripada berita baik. Fenomena ini disebut negativity bias, yaitu kecenderungan otak manusia untuk lebih fokus pada hal-hal negatif.

Evolusi dan Keamanan: Di masa lalu, memperhatikan ancaman membantu manusia bertahan hidup. Hal ini membuat otak kita lebih sensitif terhadap informasi buruk.

Rasa Ingin Tahu: Berita buruk memicu rasa penasaran dan dorongan untuk memahami masalah, meskipun kadang hal ini membuat kita merasa cemas.


2. Media Mengikuti Pola Konsumsi Audiens

Media adalah industri yang bertujuan menarik perhatian. Jika berita buruk lebih banyak diminati, media cenderung menyajikan konten yang sesuai dengan keinginan audiens.

Clickbait: Judul sensasional dan berita negatif sering kali menghasilkan lebih banyak klik, pembaca, atau penonton dibandingkan berita positif.

Persaingan Antar Media: Di era digital, media berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian. Berita buruk dianggap lebih menarik dan mendesak, sehingga lebih diutamakan.


3. Realitas Dunia Modern

Meski terasa seperti dunia semakin buruk, banyaknya berita buruk juga mencerminkan realitas dunia yang lebih transparan.

Globalisasi Informasi: Teknologi memungkinkan kita mengakses berita dari seluruh dunia. Masalah yang sebelumnya tak terlihat kini terekspos.

Kecepatan Penyebaran Berita: Media sosial dan internet membuat berita buruk menyebar lebih cepat, bahkan sebelum diverifikasi.

Filter Negatif: Media sering kali memprioritaskan berita besar yang dianggap berdampak luas, dan ini sering kali berkaitan dengan hal buruk.


4. Dampak Komersialisasi Media

Media modern tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai bisnis. Dalam konteks ini, berita buruk sering menjadi alat untuk meningkatkan pendapatan.

Iklan dan Trafik: Semakin banyak orang membaca berita, semakin banyak pendapatan dari iklan.

Kontroversi Menjual: Berita yang memicu emosi, seperti kemarahan atau ketakutan, lebih efektif dalam menarik perhatian publik.


5. Kurangnya Fokus pada Berita Baik

Berita baik memang ada, tetapi sering kali tidak mendapatkan perhatian yang sama.

Minimnya Sensasi: Berita positif cenderung dianggap kurang menarik karena tidak memicu reaksi emosional yang kuat.

Durasi Pendek: Berita baik sering kali tidak membutuhkan pembaruan terus-menerus, sehingga tidak memberikan alasan bagi audiens untuk terus mengikuti.


Apa Dampaknya bagi Kita?

Arus berita buruk yang terus-menerus dapat memberikan efek negatif pada kesehatan mental, seperti:

Stres dan Kecemasan: Informasi negatif dapat membuat kita merasa cemas dan pesimis.

Cynicism: Terlalu banyak berita buruk dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap dunia dan orang lain.

Kelelahan Informasi: Terlalu banyak paparan berita membuat banyak orang merasa kewalahan.


Bagaimana Mengatasinya?

Untuk menjaga keseimbangan mental, ada beberapa cara yang bisa dilakukan:

1. Kurangi Konsumsi Berita Berlebihan: Batasi waktu membaca atau menonton berita setiap hari.


2. Cari Sumber Berita Positif: Ikuti media yang juga menyajikan berita baik atau cerita inspiratif.


3. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan: Alihkan energi pada tindakan nyata yang berdampak positif di lingkungan sekitar.


4. Berhati-hati dengan Media Sosial: Kurangi paparan informasi negatif dari platform media sosial.



Kesimpulan

Banyaknya berita buruk di media bukan semata karena dunia semakin buruk, tetapi karena sifat alami manusia, kebutuhan komersial media, dan perkembangan teknologi informasi. Namun, kita memiliki kendali atas apa yang kita konsumsi. Dengan bijak memilih sumber informasi dan memprioritaskan kesehatan mental, kita dapat menjaga pandangan yang lebih seimbang terhadap dunia. ***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama