Gaspolchanel.com - Kue keranjang, atau dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Nian Gao, adalah salah satu makanan tradisional yang identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek.
Kue ini bukan sekadar camilan, tetapi memiliki sejarah panjang dan makna simbolis yang mendalam dalam budaya Tionghoa.
Asal Usul Kue Keranjang
Kue keranjang diperkirakan sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu, berasal dari masa Dinasti Zhou di Tiongkok.
Pada awalnya, kue ini dibuat sebagai persembahan kepada para dewa dan leluhur selama perayaan Tahun Baru Imlek.
Dalam tradisi Tionghoa, menghormati leluhur adalah bagian penting dari kehidupan, dan makanan seperti kue keranjang menjadi simbol rasa syukur dan harapan untuk tahun yang lebih baik.
Nama Nian Gao memiliki arti yang dalam. Nian berarti "tahun," sedangkan Gao memiliki dua makna: "kue" dan "tinggi."
Gabungan kata ini melambangkan harapan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di tahun mendatang, baik dari segi rezeki, kebahagiaan, maupun kesuksesan.
Filosofi Bentuk dan Tekstur
Kue keranjang memiliki bentuk bundar dengan tekstur lengket. Bentuk bundar melambangkan keharmonisan dan kesatuan dalam keluarga.
Sementara itu, tekstur lengketnya memiliki makna agar hubungan antaranggota keluarga tetap erat dan harmonis.
Bahan utama kue keranjang terdiri dari tepung ketan dan gula, yang dicetak dalam wadah bundar kecil.
Proses pembuatannya membutuhkan waktu lama karena kue harus dikukus hingga mencapai tekstur yang sempurna.
Kesabaran dalam membuat kue ini mencerminkan nilai-nilai tradisional Tionghoa, seperti ketekunan dan kerja keras.
Tradisi dan Penggunaan
Kue keranjang biasanya disajikan saat perayaan Tahun Baru Imlek sebagai bagian dari ritual persembahan kepada Dewa Dapur (Zao Jun).
Dewa Dapur dipercaya naik ke surga menjelang Tahun Baru untuk melaporkan perilaku keluarga kepada Kaisar Langit. Oleh karena itu, kue keranjang yang lengket diberikan sebagai "hadiah" agar laporan Dewa Dapur tetap manis dan positif.
Selain itu, kue keranjang juga sering dijadikan hadiah kepada kerabat dan tetangga selama Imlek. Hal ini mencerminkan budaya berbagi dan menjaga hubungan baik di dalam komunitas.
Perkembangan di Indonesia
Kue keranjang masuk ke Indonesia melalui para imigran Tionghoa yang menetap di berbagai wilayah.
Di Indonesia, kue ini juga dikenal sebagai dodol China karena teksturnya yang mirip dengan dodol tradisional.
Hingga kini, kue keranjang masih menjadi bagian penting dari perayaan Imlek di berbagai daerah, terutama di komunitas Tionghoa seperti di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Singkawang.
Kue keranjang bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya yang kaya akan sejarah dan makna.
Kita tidak hanya merasakan manisnya gula ketan di setiap gigitannya, akan tetapi juga nilai-nilai tradisi yang mengajarkan tentang rasa syukur, keharmonisan, dan harapan untuk masa depan(hms).***
Editor : Hermas Krisnawantyo