Gaspolchanel.com – CEO Persipa Pati, Joni Kurnianto, mengungkapkan kekecewaannya atas aksi anarkis sejumlah suporter setelah laga melawan Persipura Jayapura pada Kamis 13 Februari 2025.
Ia menegaskan, bahwa jika kelompok suporter Patifosi menghendakinya mundur, ia siap melepaskan jabatannya.
Joni yang juga merupakan anggota DPRD Kabupaten Pati, menceritakan bahwa dirinya menerima amanah sebagai CEO Persipa sejak 2021 atas permintaan Patifosi.
Ia menjalani perjalanan sebagai pemimpin klub dengan penuh pengabdian, melewati berbagai tantangan dalam dunia sepak bola profesional.
“Tahun 2021 saya diminta suporter untuk memegang Persipa Pati dalam menghadapi Liga 2. Klub saat itu beralih dari amatir menjadi profesional, yang berarti pembiayaan harus ditanggung oleh PT, alias saya pribadi,” ujarnya.
Joni mengaku rela merogoh kocek pribadi demi keberlangsungan Persipa. Meskipun ada sponsor dan subsidi dari Liga Indonesia Baru (LIB), jumlahnya masih jauh dari cukup untuk menutupi biaya operasional tim.
“Sejak 2021, yang membiayai ya saya pribadi. Ada sponsor dan subsidi dari LIB, per bulan Rp 250 juta selama enam bulan. Tapi biaya minimal operasional saja mencapai Rp 700 juta, belum termasuk biaya lain seperti kebutuhan pemain yang sakit dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Menurutnya, biaya operasional Persipa bisa mencapai Rp 800 juta per bulan. Meski begitu, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai CEO dengan ikhlas.
“Bulan Januari 2025 kemarin subsidi dari LIB baru cair sore hari. Februari ini belum cair, jadi kita cari uang sendiri,” tambahnya.
Joni juga menanggung berbagai pengeluaran lain seperti gaji pemain, pelatih, ofisial, serta bonus yang tidak sedikit.
“Saya sudah habis-habisan. Capek, tapi ini adalah tanggung jawab saya sebagai CEO Persipa. Gaji pemain, pelatih, ofisial, manajemen, belum lagi bonus. Sekali pertandingan Rp 60 juta, satu gol Rp 10 juta,” jelasnya.
Kecewa dengan Aksi Suporter
Terkait aksi anarkis suporter yang merusak fasilitas Stadion Joyokusumo, Joni mengaku sangat kecewa.
Ia memahami kekecewaan para suporter, tetapi menurutnya ada cara yang lebih bijak untuk menyampaikan aspirasi.
“Saya lihat ada yang merusak stadion, berarti tidak cinta dengan Persipa. Tidak cinta dengan saya. Kalau suporter dan masyarakat Pati menghendaki saya mundur, saya siap. Kalau pengorbanan saya dianggap tidak benar, saya siap mundur,” tegasnya.
Ia juga menegaskan, bahwa jika perilaku merusak masih terjadi, maka impian membangun stadion yang lebih baik hanya akan menjadi angan-angan.
“Kita jangan mimpi membangun stadion kalau masih ada yang merusak. Negara dalam keadaan sulit. Pukuli saya saja kalau perlu, hina saya pun tak masalah. Saya ikhlas,” pungkasnya(ek).***
Reporter : Eko Kuswanto
Editor : Hermas Krisnawantyo